02 Desember 2008

MENGAPA AKSI TIDAK TERBIT

Mengapa Aksi Tidak Terbit sampai Dua Kali?
Majalah Aksi yang telah berhasil terbit lima kali secara berturut-turut jika diibaratkan, adalah layaknya seorang anak yang sudah pandai berlari, yang sudah tidak hawatir untuk jatuh. Berbeda dengan ketika terbit dua kali dulu, berjalannya masih tertatih-tatih, sangat gigih berkoordinasi, takut gagal, sangat hati-hati, dan penuh pengorbanan waktu, tenaga dan fikiran. Akhirnya kendala-kendala yang berat bias terlewati.
Anehnya ketika masa-masa itu sudah berhasil dilewati dengan lancar, koq malah untuk edisi yang keenam dan ketujuh malah tidak bias terbit. Ada apa gerangan?
Menerbitkan majalah sebenarnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Jika para awak redaksi beserta pimpinannya cerdas dan bisa bekerja terprogram insya Allah tidak ada kendala yang cukup berarti wong dananya sudah tersedia, para penyumbang artikel juga tidak jauh, percetakan tinggal telephon aja, nego harga beres! Ditambah desainer grafis sudah selalu on siap pakai tinggal sodorkan naskah artistiknya siap digarap sampai tuntas. Cuma sak glutek ngubeg di SMP Negeri 1 Tumpang tok! Sangat kebangeten kalau sampai tidak bias terbit (anak TK juga akan bilang begitu!). Intinya adalah pada koordinasi yang sangat rapuh dan tidak cerdas memanfaatkan potensi lingkungan. Bisa jadi orang-orang yang ditunjuk belum sadar akan tugasnya, dan tidak tahu mau berbuat apa. Runyam sudah!
Belajar dari keadaan, jika suatu proyek yang digarap dengan terlalu berorientasi pada jumlah nominal yang akan diterima pasti hasilnya tidak pernah memuaskan, apa lagi ingin berhasil, itu sangat jauh panggang dari api alias “tangeh lamun”. Memang sudah tidak jamannya gratis, tapi terlalu mengharapkan imbalan juga kurang baik.
Sekedar menegok ke belakang, Aksi edisi pertama kita hanya menyerahkan naskah mentah yang masih berupa konsep, beserta data foto. Pengetikan sampai jadi majalah kita tidak tahu apa-apa, jadi jangan sekali-kali merasa bangga meskipun kita punya majalah yang tampangnya mewah. Aksi edisi 2, kita sudah mengerjakan sendiri pengetikan, illustrasi, foto, dan grafisnya.Tujuannya adalah dengan mengerjakan sendiri disainnya, adalah agar majalah tersebut memiliki nuansa atau karakter SMP 1 Tumpang, sehingga ilustrasi dan gambar-gambar di dalamnya coraknya khas. Hanya ada beberapa kendala tehnis dan keterbatasan tidak semulus yang direncanakan, itu kita gunakan sebagai pembelajaran.
Aksi edisi 3, edisi 4, dan edisi 5 semua sudah bisa kita kerjakan mulai dari nol sampaj siap naik cetak. Pihak percetakan sudah menerima master majalah komplit dalam bentuk CD.
Meskipun perjalanan sudah sejauh itu perlu diingatkan bahwa sarana penunjang utama terutama computer dan kelengkapan kamera dan sebagainya yang seharusnya dimiliki sekolah belum ada, alias ndompleng milik desainer grafis. Sekolah belum memiliki semua itu. Artinya, budaya di sekolah masih sangat kuat. Harus dipinjami dulu baru percaya kalau itu perlu dimiliki. Hal seperti itulah salah satu penyebab sekolah kurang maju.

Digunakan untuk apa dana siswa dua kali penerbitan itu?
Dua kali tidak terbit artinya siswa tidak menerima majalah dua kali penerbitan. Yaitu pada bulan Desember dan Juni, praktis selama satu tahun majalah tidak terbit, sampai sekarang para siswa selalu menanyakan hal itu, mau Tanya pada siapa, mau protes tidak berani.
Rencananya dana majalah tersebut digunakan untuk membeli seperangkat computer yang lengkap, yang memadai untuk keperluan majalah terutama kebutuhan desain grafis. Juga kamera yang memenuhi syarat untuk menunjang kebutuhan dokumentasi majalah khususnya dan sekolah secara umum. Itu harus dilaksanakan jika sekolah ingin bertanggung jawab kepada seluruh siswa dan jika sekolah masih berkeinginan untuk memajukan kreatifitas siswa. Memang baik sekali membangun fisik sekolah sehingga terlihat megah dilihat dari luar, tapi untuk apa jika didalamnya sangat keropos. Keharmonisan hubungan antar personil di sekolah justru merupakan kebutuhan yang sangat urgent, sikap mengayomi dari pimpinan sekolah yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua orang yang harus segera dibangun. Tidak malah disadari atau tidak malah sering memicu konflik internal. Memangnya SMP Negeri 1 Tumpang akan menjadi seperti apa nantinya? Yang dibutuhkan sekarang ini tampaknya adalah tindakan tanpa banyak omong, bukan tong kosong nyaring bunyinya. Wallahu a’lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan meninggalkan blog ini sebelum memberikan komentar.