05 Desember 2014

GAPURA SMP NEGERI 1 TUMPANG



Gapura adalah suatu struktur yang merupakan pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan. Gapura sering dijumpai di pura dan tempat suci Hindu, karena gapura merupakan unsur penting dalam arsitektur Hindu.
Gapura juga sering diartikan sebagai pintu gerbang. Dalam bidang arsitektur gapura sering disebut dengan entrance, namun entrance itu sendiri tidak bisa diartikan sebagai gapura. Simbol yang dimaksudkan disini bisa juga diartikan sebuah ikon suatu wilayah atau area. Secara hirarki sebuah gapura bisa disebut sebagai ikon karena gapura itu sendiri lebih sering menjadi komponen pertama yang dilihat ketika kita memasuki suatu wilayah.
Pada era modern sekarang ini gapura adalah sebuah bangunan yang biasa kita jumpai di setiap instansi, kantor, kampus, perumahan, gang masuk, bahkan rumah tinggal yang fungsinya sebagai pintu masuk ke halaman sebuah rumah.
Banyak  makna yang bisa kita uraikan pada sebuah gapura. Saat ini gapura lebih bermakna sebagai ucapan selamat datang dari pemilik rumah kepada tamu yang datang. Nenek moyang kita yang memiliki nilai-nilai etika yang tinggi di dalam masyarakat sangat menjunjung tinggi hal tersebut, sehingga teraktualisasi dalam wujud bangunan sesuai dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Di jaman yang serba digital ini, fungsi gapura lebih berfungsi sebagai bagian dari arsitektur yang melengkapi sebuah bangunan eksterior.
SMP Negeri 1 Tumpang  sudah memiliki gapura bersamaan dengan berdirinya sekolah, kemudian pada tahun 2004 direnovasi sekedarnya dengan ditempeli dengan batu palimanan dan asesoris dekoratif, meskipun sangat sederhana tetapi cukup bagus dari segi fungsinya sebagai pintu masuk sebuah sekolah.

Dengan berkembangnya kemajuan jaman dan trend bangunan yang  dikenal dengan gaya minimalis pada akhir-akhir  ini maka pada tahun 2014 gapura yang dianggap sudah ketinggalan jaman dirobohkan, kemudian dibangun lagi dari nol. Pembangunannya tepatnya dimulai tanggal 13 Agustus 2014. Saat artikel ini saya tulis kondisinya 90% tinggal bagian finishing.
Perencanaan dan desain sebenarnya sudah dibuat satu tahun sebelumnya, namun untuk lebih memantabkan kualitas desain memerlukan referensi tambahan berupa bangunan serupa yang sudah ada yaitu di beberapa universitas, kantor pemerintah maupun swasta, hotel, perumahan, bahkan internet, tujuannya adalah untuk melengkapi wawasan dan trend arsitektur baru

Konsep yang ingin diwujudkan adalah menonjolkan ciri khas kedaerahan, khususnya di Tumpang memiliki peninggalan Candi Jago dan Candi Kidal, dimana ke dua candi tersebut sangat khas dengan material batu-batuan. Batu-batuan memang memiliki sifat yang abadi tidak mengenal trend, serta tidak akan rusak asalkan tidak ada tangan manusia yang merusaknya. Maka batu candi menjadi pilihan pertama untuk mewujudkan ide tersebut. Dengan kombinasi batu-batuan yang lain dengan sentuhan gaya minimalis yang menonjolkan garis-garis vertikal maupun horisontal ditambah detail yang cermat dalam benangan diharapkan perpaduan konsep bangunan ini akan mampu bertahan dan tidak cepat ketinggalan trend.

03 Desember 2014

Masjid At-Taqwa Glongsor


Masjid At Taqwa Glongsor
Ada perasaan sedih jika melihat bangunan yang tiap hari berada di depan mata. Temboknya sudah banyak yang mengelupas, beberapa bagian sudah ditumbuhi lumut. Bagian teras selalu bocor  jika musim hujan datang, sampai-sampai sudah beberapa tukang membenahi bagian yang bocor itu, hampir semuanya tidak ada yang berhasil. Kalaupun sempat mampet itu hanya untuk beberapa hari saja.
Jika musim kemarau selalu dipenuhi dengan debu karena posisinya yang berada di pinggir jalan, ayam-ayam seringkali terlihat nimbrung di teras  masjid yang terbuka dan tanpa pagar itu, yang kemudian meninggalkan kotoran yang berceceran. Tentu saja untuk membersihkannya harus dilap dengan lap basah agar tidak berbau dan meninggalkan najis..

Sedangkan bila musim hujan kebocoran di beberapa bagian sudah menjadi  pemandangan rutin yang tidak sedap dipandang. Kadang merasa tidak berdaya dengan pemandangan seperti itu, ingin merenovasi terhambat dengan keterbatasan bahkan ketiadaan dana. Karena rata-rata masyarakat yang ada di sekitarnya hanya berpenghasilan sebagai buruh bangunan, merupakan hal yang mustahil rasanya jika mereka dilibatkan dalam hal pengumpulan dana untuk membangun masjid itu. Kalaupun tidak berupa masjid yang megah dengan konstruksi beton, asal bersih dan tidak bocor itu sudah sangat nyaman untuk ditempati.

Bahkan aku pernah berfikir bahwa inilah satu-satunya masjid yang dimiliki oleh persyarikatan Muhammadiyah yang  paling jelek se Indonesia. Jika melihat masjid-masjid lain yang begitu besar, megah, dan indah, rasanya ada perasaan iri dan malu kenapa tidak bisa membangun masjid yang seperti itu padahal di desa-desa sekitar mampu membangun masjid yang megah, pada hal kalau dilihat keadaan masyarakat di sekitarnya juga tidak jauh berbeda. Benar-benar memprihatinkan rasanya. Semua gambaran di atas adalah keadaan tiga tahun yang lalu.

Sekarang yang tampak adalah bangunan masjid yang megah berlantai dua dengan ukuran 10 x 10 meter berlantai keramik dan bergaya modern minimalis sesuai dengan gaya yang sedang ngetrend saat ini. Di bagian depan sudut masjid yang merupakan fasad atau wajah masjid ditempeli dengan batu alam yang eksotik dan anggun. Tertulis nama masjid pada bidang cor-coran batu bertekstur dengan nama Masjid At Taqwa Glongsor Sidorejo dengan warna dasar hitam dengan huruf warna putih dan abu-abu. Sangat serasi sekali paduan warna dan pilihan huruf yang digunakan, tulisan masjid menggunakan font Scriptina Pro yang bercorak kaligrafis dan tulisan at Taqwa menggunakan model font designer block yang berkarakter balok yang tebal namun modern. Warna bangunan didominasi warna putih dan abu-abu serta ada aksen berwarna hitam pada batu alam.
Tampak elegan sekali dan berselera tinggi, cukup mewah untuk ukuran kampung yang kecil dengan rumah-rumah di sekitarnya yang bangunannya rata-rata sangat sederhana. Wajar jika setiap orang yang lewat matanya selalu nanar menyempatkan diri untuk mengamati kecantikannya. Sekilas bangunan itu seperti bukan masjid tapi lebih mengesankan sebuah kantor, hanya karena memiliki kubah di atasnya sehingga tidak meninggalkan ciri khas masjid.

Jika masuk ke dalam, yang langsung tampak menarik adalah bagian pengimaman yang memiliki ukuran cukup tinggi dan ditempeli dengan lapisan kayu, senada dengan lantainya yang menggunakan keramik juga bermotif kayu, serta kusen alumunium yang membingkai jendela kaca juga bercorak kayu, sehingga menjadi paduan yang sangat indah dan berkesan natural. Kehadiran jendela kaca dengan ukuran yang lebar menjadikan ruangan masjid sangat terang dan asri karena pohon-pohon tabe buya yang ada di samping masjid seperti menyatu dengan ruangan jika dilihat dari dalam.


Kalau pandangan diarahkan ke atas, yang tampak adalah sebuah kubah yang cembung namun sangat proporsional ditopang oleh balok-balok bersegi delapan mengikuti bentuk lingkaran yang berukuran sepertiga bulatan bola, sangat sesuai dengan bentuk bangunan yang bergaya minimalis hasil mengadopsi masjid biru yang ada di Irak. 

Dua buah kotak yang mewadai pot bunga berisi tanaman bambu pilipin yang pertumbuhannya ke atas memiliki karakter menyesuaikan dengan kondisi dalam ruang ikut melengkapi keindahan dalam ruangan masjid itu.   Letaknya yang berada di samping kanan dan kiri jendela dengan kaca lebar yang berjajar tiga menjadikan penampilannya menyatu dengan tanaman yang berada di luar ruangan. Asri dan segar, adalah kesan yang dirasakan oleh orang-orang yang pernah masuk ke ruangan masjid itu.
Banyak pengalaman yang bisa ditulis sejak masjid itu dirobohkan dan dibangun kembali. Untuk mewujudkan impian agar memiliki masjid yang indah ini membutuhkan mental yang kuat, perjuangan, pengorbanan, sabar, dan ulet, serta yang tidak kalah pentingnya adalah adanya keyakinan akan pertolongan dari Allah.
Sejak aku masih remaja tahun 1980 an masjid itu sudah diserahkan pengelolaannya kepada persyarikaatan Muhammadiyah dan ada surat serah terimanya, sehingga masalah menejemen dan pembangunannya menjadi tanggung jawab organisasi. Sudah menjadi tradisi bahwa warga Muhammadiyah yang ada di daerah tersebut yang bertanggung jawab dan menjadi ujung tombak dalam pembangunannya, baik desain, biaya, maupun kebutuhan lainnya yang berhubungan dengan kemakmuran masjid. Ada catatan yang sampai sekarang masih kuingat pada awal pembangunannya. Sebuah pembicaraan yang membutuhkan konsekuensi besar bagaimana harus mewujudkan bangunan itu sampai selesai. 
Asisten tukang yang waktu itu harus memegang peran menggantikan tukang senior yang tiba-tiba meninggalkan tugasnya karena ada pekerjaan diluar yang lebih menguntungkan. Waktu itu asisten tukang Jujun namanya, mau kembali lagi melanjutkan pekerjaannya di Jakarta. Aku katakan kepadanya : “Awakmu ojo balik nang Jakarta, omongo ae karo bossmu nek tenagamu dibutuhno”. “Masjid iki pikiren yok opo apikke, sementara aku tak mikir golek duwikke...”. Nek ono kesulitan ayo dipikir bareng...”. Dia mengganggukkan kepala menyetujui apa yang aku katakan.
Sejak pembicaraan itu aku harus mencukupi kebutuhan pembangunannya. Setiap sabtu malam minggu tukang dan para kuli selalu ke rumah untuk mengambil bayaran.  Pada awal pembangunan, dana di bendahara masih banyak maka tugas bendahara sebagai pemegang uang benar-bisa dijalankan, tetapi ketika dana itu sudah habis maka bendahara tidak begitu banyak berperan lagi, bendahara tidak pernah lagi menyimpan uang, karena dana yang masuk langsung digunakan. Dana diperoleh dari sumbangan para dermawan, teman, kenalan, saudara, atau siapa saja yang bisa dimintai kerelaannya menyumbangkan sebagian rejekinya.  Keadaan susah payah mencari dana itu berjalan sekitar satu tahun, sampai dengan pembangunan kubah selesai. Alhamdulillah Allah selalu memberi jalan keluar berupa dana sertifikasi yang kuterima. Sehingga untuk mengatasi kebutuhan pengadaan material maupun ongkos tukang aku bisa menggunakan dana itu di samping dana sumbangan yang masuk yang tidak bisa dipastikan datangnya.
                Aku semakin meyakini adanya pertolongan Allah, asalkan mau berikhtiar, berani melangkah, dan yakin, semua masalah akan dapat terpecahkan. Bahkan aku pernah membuktikan sendiri, setiap mengalami kesulitan keuangan aku berfikir dan batinku sendiri bertanya, kira-kira siapakah yang membantu masalah keuangan ini...? meskipun pada waktu itu aku sama sekali tidak memiliki alternatif apa-apa. Ternyata selalu saja ada pertolongan dari Allah yang sama sekali tidak terduga. Allah selalu memberi jalan keluar dari jalan yang tidak disangka-sangka. Terbukti sejak pembangunan dimulai sampai tiga tahun yang lalu tepatnya hari minggu tanggal 4 Oktober 2010  sampai sekarang  Desember 2014 tukang dan kuli tidak pernah diliburkan kecuali kalau mereka minta libur sendiri karena ada keperluan keluarga.(Istidlal)

03 Oktober 2012

DEKORATIF ALTERNATIF
Mengembangkan karya seni dekoratif pada siswa kelas 9 tidak hanya terbatas menggunakan media yang umum dipakai namun bisa juga menggunakan media yang lain. Penggunaan media alternatif akan menumbuhkan tantangan baru baik bagi guru maupun bagi siswa untuk berfikir dalam memilih media yang dapat menampilkan kreasi dan suasana baru dalam berkarya.
Kertas bekas, bruci, kayu, dan lain-lain bisa menjadi alternatif pilihan. Di SMPN 1 Tumpang media-media yang berbeda sudah biasa digunakan untuk pembuatan karya seni rupa, hasilnya sangat di kluar dugaan. Anak-anak ternyata memiliki kreatifitas yang berbeda ketika mereka dihadapkan pada tantangan baru, hal ini menjadikan masukan bagi guru seni rupa untuk lebih mengembangkan alternatif temuan dari siswa.





Dekoratif dengan teknik kolase atau tempel sangat mengasyikkan bagi siswa untuk bereksperimen. Namun teknik ini membutuhkan kesabaran lebih jika dibandingkan dengan melukis biasa, ada nuansa baru sehingga guru dan bisa lebih fresh tidak monoiton berkarya dengan gaya yang tetap.