Tanda-tanda Taqwa
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang…”
Menurut ayat di atas, setidak-tidaknya ada empat indicator yang menandai ketakwaan seseorang.
Pertama, orang yang senantiasa menginfaqkan hartanya disaat lapang maupun sempit. Mereka ini disebut mempunyai kecerdasan financial.
Orang yang mempunyai kecerdasan financial adalah mereka yang pandai mengumpulkan pundit-pundi kekayaan melalui kerja keras dan cerdas, lalu pandai pula mengelolanya, termasuk menyisihkan sebagian untuk kaum dhu’afa dan masakin.
Kedua, orang-orang yang bisa mengendalikan amarahnya. Mereka disebut memiliki kecerdasan emosional.
Orang yang kuat, menurut Nabi Shalallahu alaihi wa salam (SAW), bukanlah orang yang kuat bertarung. Orang yang kuat dalam islam adalah orang-orang yang mampu menahan marah.
Islam tidak melarang kita marah. Islam membolehkan kita marah. Yang dilarang adalah marah yang tidak terkendali. Emosi yang meletup-letup tanpa kontrol.
Perasaan senang dan benci, perasaan bahagia dan bersedih, demikian juga marah adalah sifat alamiah manusia. Persoalannya, orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi mampu mengendalikan perasaannya sehingga mereka trahu kapan dan di mana bias mengungkapkan perasaan senang atau ketidak senangannya.
Ketiga, mudah memaafkan, atau memiliki kecerdasan sosial.
Tanda orang yang memiliki kecerdasan social itu bias dilihat dari pergaulannya sehari-hari, apakah mereka diterima masyarakat lingkungannya atau dijauhi? Orang yang memiliki kecerdasan social mudah bergaul, luwes, dan diterima. Sikapnya tidak arogan atau sombong. Tidak egois dan mau berbagi. Mereka hidup di tengah masyarakat, berbaur, menyatu dan tidak menyendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang bergaul dan sabar terhadap ganguan orang, lebih besar pahalanya daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka,” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam pergaulan social, ada saja di antara saudara kita yang perkataannya menyinggung perasaan, sikapnya tidak menyenangkan, dan perbuatannya merugikan. Terhadap mereka, islam mengajarkan agar kita lebih bersabar dan pandai-pandai memaafkan.
Keempat, apabila berbuat kerusakan, mereka segera mengingat Allah, lalu meminta ampun atas kesalahan dan dosanya. Mereka memiliki kecerdasan spiritual.
Orang yang baik dalam pandangan Islam bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan. Orang yang bertaqwa bukanlah orang yang sama sekali bebas dari perbuatan dosa. Orang yang bertaqwa adalah mereka yang apabila melakukan kesalahan, perbuatan yang kurang baik, dan melanggar ketentuan segera mengingat Allah lalu meminta ampun dan bertobat. Mereka segera kembali ke jalan yang benar dan lurus ketika terperosok. Mereka tidak terlalu lama berada dalam kesesatan.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual senantiasa mengingat Allah, kapan dan dimanapun juga. Ketika hendak memulai sesuatu, mereka mengingat Allah lalu mengucapkan bismillah. Setiap langkah diperhitungkan, apakah sesuai dengan syariat agama? Apakah perilakunya mencerminkan kasih saying (rahman dan rahim)?
Ketika pekerjaannya telah usai, tak lupa mereka bersyukur sambil mengucapkan alhamdulillah. Mereka tidak ingin dipuji, sebab mereka sadar bahwa segala puji adalah milik Allah. Mereka syukuri semua karunia Allah, lalu bertawakkal dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.
(Hidayatullah, Nopember 2008)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang…”
Menurut ayat di atas, setidak-tidaknya ada empat indicator yang menandai ketakwaan seseorang.
Pertama, orang yang senantiasa menginfaqkan hartanya disaat lapang maupun sempit. Mereka ini disebut mempunyai kecerdasan financial.
Orang yang mempunyai kecerdasan financial adalah mereka yang pandai mengumpulkan pundit-pundi kekayaan melalui kerja keras dan cerdas, lalu pandai pula mengelolanya, termasuk menyisihkan sebagian untuk kaum dhu’afa dan masakin.
Kedua, orang-orang yang bisa mengendalikan amarahnya. Mereka disebut memiliki kecerdasan emosional.
Orang yang kuat, menurut Nabi Shalallahu alaihi wa salam (SAW), bukanlah orang yang kuat bertarung. Orang yang kuat dalam islam adalah orang-orang yang mampu menahan marah.
Islam tidak melarang kita marah. Islam membolehkan kita marah. Yang dilarang adalah marah yang tidak terkendali. Emosi yang meletup-letup tanpa kontrol.
Perasaan senang dan benci, perasaan bahagia dan bersedih, demikian juga marah adalah sifat alamiah manusia. Persoalannya, orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi mampu mengendalikan perasaannya sehingga mereka trahu kapan dan di mana bias mengungkapkan perasaan senang atau ketidak senangannya.
Ketiga, mudah memaafkan, atau memiliki kecerdasan sosial.
Tanda orang yang memiliki kecerdasan social itu bias dilihat dari pergaulannya sehari-hari, apakah mereka diterima masyarakat lingkungannya atau dijauhi? Orang yang memiliki kecerdasan social mudah bergaul, luwes, dan diterima. Sikapnya tidak arogan atau sombong. Tidak egois dan mau berbagi. Mereka hidup di tengah masyarakat, berbaur, menyatu dan tidak menyendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang bergaul dan sabar terhadap ganguan orang, lebih besar pahalanya daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka,” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam pergaulan social, ada saja di antara saudara kita yang perkataannya menyinggung perasaan, sikapnya tidak menyenangkan, dan perbuatannya merugikan. Terhadap mereka, islam mengajarkan agar kita lebih bersabar dan pandai-pandai memaafkan.
Keempat, apabila berbuat kerusakan, mereka segera mengingat Allah, lalu meminta ampun atas kesalahan dan dosanya. Mereka memiliki kecerdasan spiritual.
Orang yang baik dalam pandangan Islam bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan. Orang yang bertaqwa bukanlah orang yang sama sekali bebas dari perbuatan dosa. Orang yang bertaqwa adalah mereka yang apabila melakukan kesalahan, perbuatan yang kurang baik, dan melanggar ketentuan segera mengingat Allah lalu meminta ampun dan bertobat. Mereka segera kembali ke jalan yang benar dan lurus ketika terperosok. Mereka tidak terlalu lama berada dalam kesesatan.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual senantiasa mengingat Allah, kapan dan dimanapun juga. Ketika hendak memulai sesuatu, mereka mengingat Allah lalu mengucapkan bismillah. Setiap langkah diperhitungkan, apakah sesuai dengan syariat agama? Apakah perilakunya mencerminkan kasih saying (rahman dan rahim)?
Ketika pekerjaannya telah usai, tak lupa mereka bersyukur sambil mengucapkan alhamdulillah. Mereka tidak ingin dipuji, sebab mereka sadar bahwa segala puji adalah milik Allah. Mereka syukuri semua karunia Allah, lalu bertawakkal dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.
(Hidayatullah, Nopember 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan meninggalkan blog ini sebelum memberikan komentar.