24 November 2008

GREEN GREEN GRASS OF HOME

The old home town looks the same
As I step down from the train
And there to met me was may mama and papa
Down the road I look and there runs Mary
Hair of gold and lips like cherries
It’s good to touch the green green gras of home
Yes They all come to meet me
Arms reaching smiling sweetly
It’s good to touch the green green grass of home

The old house is still standing
Thi’ the paint is cracked and dry
And there’s that old oak tree that I used to play on
Down the lane I walk with my sweet Mary
Hair of gold and lips like cherries
It’s good to touch the green green grass of home

Than I awake and look around me
At four grey walls that surround me
And I realize that I was only dreaming
Four there’s a guard and there’s sad old padre
Arm in arm we’ll walk at daybreak, again
I’ll touch the green green grass of home

Yes, they’ll come to see me the shade of that old oak tree
As they lay me, in the green green grass of home

Kampung halamanku yang dulu nampak sama saja
Ketika aku menuruni tangga kereta api,
Dan datanglah bapak serta ibu menyambut aku
Di jalanan sana kulihat Mary dating berlari
Rambutnya bagaikan emas, bibirnya laksana buah ceri
Betapa nyaman, kembali ke kampong halaman.
Yah, merka semua dating menyambutku
Saling berpeluk, saling tersenyum mesra
Betapa indahnya, kembali ke kampong halaman lagi

Rumah tua kami masih tetap tegak
Walau catnya kering dan merekah
Dan di sana masih ada pohon oak tua tempat
Bermainku dulu
Dan di antara pepohonan itulah aku berjalan-jalan dengan Mary kekasihku.
Rambutnya bagaikan emas, bibirnya laksana buah ceri
Betapa senangnya berada kembali di kampung halaman

Kemudian aku terjaga dan menatap di sekelilingku
Di antara empat dinding kelabu yang mengurungku
Dan kusadar ternyata aku hanya bermimpi
Sebab di sana masih ada seorang sipir dan seorang paderi tua yang sedih
Kita akan berjalan-jalan sambil saling merangkul pada suatu fajar
Akan kudapatkan lagi indahnya kampong halaman
Ya mereka semua akan datang menengokku
Di bawah naungan pohon oak tua itu
Ketika mereka menguburkan aku di kampung halamanku.

Hidup tidak hanya menuntut uang dan cinta. Tapi juga pengharapan. Bahkan tak sedikit dari mereka yang yakin, manusia tak mungkin mempertahankan kelangsungan hidupnya bila tak berpengharapan. Ada beberapa contohnya.
Banyak diantara mereka yang menderita sakit keras dan tak percaya dirinya akan sembuh, meninggal dalam masa yang tak lama. Sebaliknya banyak dari mereka yang berpengharapan untuk sembuh, dengan mudah bias dirawat dan disembuhkan oleh obat-obatan dan dokternya.
Ada juga yang bercerita lain. Dari para tahanan yang dihukum seumur hidup dan tak berharap lagi untuk bias bebas, mati dalam waktu lebih singkat dari pada mereka yang percaya. Diduga pula, kebanyakan dari tahanan yang tak mempunyai sanak saudara mudah kehilangan harapan seperti itu. Karena itu pula mereka akan menemukan ajal lebih cepat. Sebab mereka tak tahu lagi untuk apa dan untuk siapa hidup mereka itu selama di dalam atau setelah keluar penjara. Diduga, para narapidana yang masih berkeluarga tak akan habis-habisnya berharap untuk bias bebas pada suatu hari dan bercanda lagi dengan orang-orang yang dicintainya.
Kenapa cerita-cerita seperti itu dipaparkan di ruang apresiasi ini? Alas an pertama, lagu apresiasi kita kali ini menampilkan gejolak batin seorang tokoh yang berada pada suatu krisis seperti pada cerita-cerita di atas. Masih ada satu alas an lagi.
Kadang-kadang hidup anda dan saya seakan tampak “sehat-sehat saja” dan “bebas merdeka”. Tapi benarkah itu keadaan kita sebenarnya? Mungkin selama hidup, badan kita tak pernah sakit berat dan perlu dirawat di rumah sakit, tapi bagaimanakah dengan hati dan pikiran anda? Kita mungkin tak pernah mimpi dikurung dalam sel penjara. Tak mustahil. Bumi tempat kita berpijak ini adalah sebuah penjara. Kita terkurung dalam sel-sel social budaya, politik atau ekonomi.
Adakah secercah harapan pada diri kita yang sakit dan terbelenggu itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan meninggalkan blog ini sebelum memberikan komentar.